Yogyakarta 12
Juni 2016
Cerita ini hanya yang kurasa saj bukan
maksud hati menyindir tau menyinggung seseorang tau sekelompok namun sebagai
pelajaran untuk ku yang tak pintar ini.
Mei mungkin itu bulan tersibuk yang ku
rasakan.. matahari mulai terbit dari timur membawa kesejukan dalam hal cinta,
dan perasaan ini.
Sambil
diringkan lagu dari Meghan Trainor ‘Better when I’m Dancing’ aku menulis ini.
Hahaha....
Jam
handphone ku berdering entah keras sekali mungkin karna aku disuruh bangun pagi
lalu mandi, dan berdoa menghadap Tuhan untuk mejalankan rutinitasku. Teman
serumahku sudah mulai berkotek tentang lagu-lagu barat tau ketimuran entah lah
tau disedang memutar via viaan itu yang lagi terkenal tentah lah yang pasti
sangatlah ribut dan sibuknya dia.
Setiap
hari berangkat kampus, rumah, code, kopas tau gibol terus itu dan itu terus
selama sebulan. Sibuk,. Ya itu yang dikata sangat sibuk.. bulan itu rencana
buat judul festival anak codhe katanya. Ya katanya ketua yang ditunjung-tunjung.
Sebut saja dia salah satu ketua yang cukup lah (endak ada kelebihan nya
hehehe).
Aku
agak rada lupa sebulan itu, mungkin jika aku ingat satu bulan ini tak kan cukup
untuk menunggu ku bercerita. Emmm aku mulai tersenyum..
Yang aku ingat banyak hari yang ku
lewatkan dengan bergumang dalam hati “kok, bisa gini?? Apa gunanya nya?? Kok
santai banget? Kok endk ada geregetnya sih?? Apa yang dipikirin anak-anak sih?
Kok aku sih? Kok aku diabaikan sih? Kok aku di kacangngin sih? Kok aku di
giniin sih? Kok? Kok? Kok ?” semua kata itu keluar begitu saja dalam pikirku.
Entah aku yang salah tak menunjukan atau memang mereka yang kurang peka atau
mereka kurang dipekain. Entah lah itu ynag pasti aku gumungkan.
Wajahku
mungkin tak berbentuk saat itu, apalagi aku pikirin tugas, terus itu terus
semuanya deh tak bisa ku jabarkan terlebih itu sulit.
Waktu.. oh. Waktu.. coba kau bisa berhenti bentar kasih
ku merengangkan nafs yang telah sesak dengan gangunan dan pikiran tak henti
ini..
12
Mei entah mengapa akau mengingat tanggal itu. Tanggal kelahiran ku, atau tak
sebut dimana kau melihat dunia yang sedikit kejam ini. Semua orang seperti
dihipnotis entah pada lupa atau ya dilupakan saja, entah lah. Hnaya segelintir
saja yang mengucapkan tampa hadiah. Bukan masuk hati ingin muluk-muluk tapi aku
merasa tak punya yang special deh. Sudah lah. Tapi lumayan ada dikit lah meski
tampa telur, tepung maupun hadiah itu yang lumayan mengobati hati. Meskipun
orang rumah juga sepertinya rodo lupa juga sih tapi tak apa lah sudah dan harus
terbisa seprtinya.
Sibuk mungkin itu yang ku kata.
Mengejar itu dan ini. Pangil itu, surat ini, senyum palsu, tawa terpaksa, wajah
artis mungkin itu yang ku kata pada saat itu. Malas. Kata itu keluar tiba-tiba
suatu pagi di ruang 3×4 aku menulis ini. Pikirku mulai me-hayal lagi. “Ah..
harus bangun lah.. bukan untuk mereka tap iuntuk adek-adek dan semua yang
percaya dan yakin!” itu yang ku kata sepertinya.
Huf...
capeknya H-1 hari terjadi sedikit kepanikan yang cukup menyiksa ya. Ya, banyak
yang perlu dikoreksi perorang dan kesemunya, aku sendiri koreksi diri, ‘ dirimu
tak becus eh’ itu yang ku kata didalam hati. Tapi ya sudah lah. Gejolak awan
dingin menmbus kita. Awannya samar-samar entah aku rodo takut eh. Takut bnaget
akan ada hujan yang tak henti membuat hati meringis benci. Aku mulai panik.
H-beberapa jam tak tenangin diri dan mereka juga. Kami pasti bisa. Kata itu membuat bisa dan berjalan
meski rodo sebel dan awan itu belum lenyap juga dari kami. Sudah lah. Next, hari
kedua pelaksanaan, huf lelah.. panggung belum terselesaikan, geleri masih
kurang dan lain-lain... tapi.. senyum, semangat dan keyakinan dengan
kepercayaan ini kami ambil dan hasilnya oke. Senyum dan tawa adik-adik dan kami
juga indah nya.
Hari
puncak malam, kami mulai panik. “oke tenang!” kata salah satu kawan. “kita
bisa, yakin tak perlu takut!” gambatee kata orang Jepang. Semangat kami, dalam
kurun waktu 2 jam panggung yang awal kosong menjadi indah dan oke lah bisa
dibilang. Panggung berjalan licin dan lancar. Tapi masih ada lagi.
‘Tidur’
kata itu mungkin akan ku katakan lagi. ‘Ngatuk’ ya itu juga aku rasa. Wah sudah
pagi dan itu masih harus persiapan ini itu. Wufh.. tak apa semangat lagi lah.
Surya telah beranjak dari peraduan
seprtinya, mebawa cakra jingga dan putih melebur dalam biru itu.
Sudah
menunggu ternyata mereka. Siap dengan segala pernak-pernik dan makan-minuman
yang mereka bawa. Kegiatan penutup acara. Berjalan sukses.
Mungkin
ada teman yang buat lebih panjang tentang ini ya. Aku cerita dikit ya.
Ujian-ujian
dan itu terakhir berjala ncukup mulus dan susah. Sudah lah resiko jadi anak
kampus.
Satu yang ku rasa bulan Mei. Hai Mei
thanks you telah membuat hariku cukup penting meskipun aku belum menjadi
penting dalam seseorang. Mei dan waktu mu telah mengajarkan ku akan bersabar
dan dewasa dan juga menjadi wanita tangguh. Mei kau mengajrkan ku akan gila itu
boleh asal ada batasnya. Mei, waktu bersama mereka tak kan ku lupa, bersama
mereka aku belajar, bersama mereka (meskipun sering dicuekin) aku merasa apa
adanya. Thank Mei. Semoga Mei-Mei esok kita ketemu dengan yang ada apanya.
Afrida
NCHS
Sebatas
puisi.. !!
Untuk dirimu
Deras kali code mengantarku dalam dekap
kagumku akan kamu
Waktu mu, ya waktu mu belum cukup untuk
ku
Masih akan kah aku bertemu dalam deras
ini
Hujan menuntunku kembali dalam
Dalam rasa yang sama yang dulu bukan
untuk mu
Bukan unuk siapa-siapa
Mungkin ini lucu dalam rasa tak
dimengerti ini
Waktu kan berbicara banyak
Waktu ku maupun kau
Aku terduduk dalam di atas rumah
mendengar deras kali codhe
Entah sama siapa aku pun tak mengerti
Untuk dirmu yang tak tergambar oleh
kabut.
aR
Yogyakarta,
12 Juni 2016